Ilustrasi representatif seekor Ayam Serama Batik.
Ayam Serama, yang sering dijuluki "ayam kriel" karena ukurannya yang mungil, telah memikat hati para penghobi unggas di seluruh dunia. Namun, di antara keragaman warnanya, salah satu varian yang paling menarik perhatian adalah Ayam Serama Batik. Perpaduan antara postur tubuh yang elegan dan corak bulu yang menyerupai kain tradisional Indonesia, batik, menjadikannya mahakarya alam yang sesungguhnya.
Ayam Serama sendiri berasal dari Malaysia, dipopulerkan oleh Alwi Skaff. Keunikan utamanya adalah postur tegak sempurna, dada membusung, dan postur tubuh yang sangat kecil—ideal untuk dipelihara di lingkungan perkotaan. Ketika genetik Serama kawin silang atau dimodifikasi untuk menghasilkan pola batik, hasilnya adalah seekor unggas dengan keelokan visual yang tak tertandingi.
Batik pada ayam ini merujuk pada pola warna bulu yang tidak seragam dan cenderung geometris atau abstrak, mengingatkan pada teknik pewarnaan kain batik tulis maupun cap. Pola ini bisa bervariasi dari kotak-kotak (plaid), bercak-bercak (mottled), hingga kombinasi warna yang kontras dan artistik. Kehadiran warna seperti cokelat tua, hitam, putih, dan kuning keemasan sering mendominasi, menciptakan efek tiga dimensi yang memukau saat ayam tersebut bergerak.
Ukuran adalah faktor pembeda utama Serama. Ayam jantan dewasa idealnya memiliki tinggi tidak lebih dari 25 cm, sementara betina sedikit lebih kecil. Namun, yang membuat Serama Batik istimewa adalah penampilannya. Meskipun ukurannya kecil, mereka membawa "kemewahan" layaknya ayam hias berukuran besar.
Postur tegak adalah kunci. Ekor harus terangkat tinggi, hampir menyentuh kepala saat berdiri sempurna. Pada varian Batik, pola warna harus terlihat jelas dan terdistribusi merata di seluruh tubuh, termasuk pada bulu sayap dan ekor. Kualitas batik pada bulu sangat dinilai tinggi dalam kontes. Bulu yang halus dan mengkilap membantu menonjolkan kontras antar pola warna, sehingga setiap pergerakan ayam tampak seperti sedang memamerkan karya seni berjalan. Kaki Serama biasanya tidak berbulu (clean legs), menambah kesan ramping pada keseluruhan tubuh mungilnya.
Memelihara Ayam Serama Batik memerlukan perhatian ekstra, terutama dalam menjaga kebersihan dan kualitas bulu. Karena bulunya yang unik dan cenderung lebih halus dibandingkan ayam kampung biasa, paparan kotoran atau lumpur dapat merusak pola batik tersebut dengan cepat.
Nutrisi memainkan peran vital. Pakan yang kaya protein dan vitamin, terutama biotin, sangat penting untuk pertumbuhan bulu yang sehat dan berkilau. Suplemen khusus sering diberikan menjelang musim kontes untuk memastikan warna bulu benar-benar tajam dan pola batik terlihat maksimal. Kandang harus selalu kering dan dilengkapi dengan alas yang mudah dibersihkan.
Selain nutrisi, pemandian rutin (grooming) adalah ritual wajib. Pemilik Serama Batik sering kali melatih ayam mereka untuk terbiasa dimandikan dengan air hangat dan sampo khusus unggas untuk menghilangkan debu dan menjaga serat bulu tetap lembut. Proses pengeringan pun harus dilakukan dengan hati-hati, terkadang menggunakan pengering rambut (hair dryer) dengan suhu rendah agar pola batik tidak kusut atau berubah bentuk.
Di arena kontes, Ayam Serama Batik dinilai berdasarkan kombinasi kriteria: postur (tegak, dada tegap), bentuk (proporsionalitas tubuh), warna (ketajaman dan kejelasan pola batik), serta mental (keberanian dan gerakan luwes).
Nilai jual Serama Batik berkualitas tinggi bisa sangat fantastis. Para kolektor dan penghobi rela mengeluarkan dana besar demi mendapatkan pejantan atau indukan dengan genetik pola batik yang langka dan sempurna. Keunikan visual inilah yang mengangkat status Serama Batik dari sekadar ayam hias menjadi investasi berharga di dunia avikultura. Kesabaran dalam memelihara dan menonjolkan keindahan motif batiknya adalah kunci utama untuk memenangkan hati para juri dan pembeli. Serama Batik bukan hanya hewan peliharaan, melainkan sebuah warisan mini yang harus dijaga kelestariannya.