Banyak wanita mengalami berbagai gejala fisik dan emosional menjelang periode menstruasi, yang dikenal sebagai Sindrom Pramenstruasi (PMS). Salah satu gejala yang seringkali mengganggu kenyamanan adalah sensasi sering buang air kecil namun tidak tuntas, atau yang dikenal sebagai **anyang-anyangan**.
Meskipun anyang-anyangan lebih umum dikaitkan dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK), kemunculannya yang berulang hanya pada fase tertentu dalam siklus bulanan—yaitu menjelang haid—menunjukkan adanya korelasi kuat dengan fluktuasi hormon.
Fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron adalah aktor utama dalam setiap perubahan fisik yang terjadi selama siklus menstruasi. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi lapisan rahim, tetapi juga jaringan di sekitarnya, termasuk kandung kemih dan uretra.
Kadar estrogen yang tinggi cenderung membuat jaringan kandung kemih menjadi lebih elastis dan sensitif. Beberapa teori menunjukkan bahwa perubahan kadar estrogen menjelang menstruasi dapat memengaruhi respons saraf di kandung kemih, meningkatkan frekuensi keinginan untuk buang air kecil, atau menyebabkan sensasi tidak tuntas (anyang-anyangan) meskipun kandung kemih belum penuh.
Pada fase luteal (setelah ovulasi dan menjelang menstruasi), kadar progesteron meningkat. Peningkatan progesteron dapat menyebabkan tubuh sedikit menahan cairan (retensi air). Meskipun retensi ini lebih terasa di area kaki atau perut, perubahan volume cairan dalam tubuh secara keseluruhan dapat membebani sistem ekskresi, termasuk ginjal dan kandung kemih, yang kemudian memicu gejala iritasi atau urgensi buang air kecil.
Menjelang haid, tubuh memproduksi senyawa kimia bernama prostaglandin. Prostaglandin berperan penting dalam menyebabkan kontraksi rahim agar meluruhkan lapisan endometrium. Namun, prostaglandin juga dikenal dapat memicu peradangan dan meningkatkan sensitivitas saraf di area panggul. Sensitivitas berlebih ini dapat diterjemahkan oleh otak sebagai sinyal bahwa kandung kemih perlu dikosongkan segera, padahal mungkin tidak ada banyak urin di dalamnya.
Sangat penting untuk mengetahui apakah gejala anyang-anyangan yang Anda alami adalah bagian dari PMS atau indikasi adanya infeksi. Gejala ISK biasanya lebih parah dan persisten, sementara anyang-anyangan yang disebabkan oleh PMS cenderung datang dan pergi seiring dengan perubahan siklus hormonal.
Jika Anda mencurigai adanya infeksi, pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter sangat dianjurkan untuk mendapatkan pengobatan antibiotik yang tepat. Jangan anggap remeh gejala ISK yang berkelanjutan.
Jika gejala Anda dipastikan berhubungan dengan siklus bulanan, ada beberapa langkah manajemen mandiri yang bisa membantu meredakan ketidaknyamanan ini:
Memahami bahwa anyang-anyangan menjelang haid adalah respons fisiologis terhadap perubahan hormon adalah langkah pertama dalam manajemen yang lebih baik. Catat siklus Anda untuk mengantisipasi gejala dan sesuaikan gaya hidup Anda menjelang periode menstruasi.