Jika berbicara mengenai organisasi kepemudaan Islam di Indonesia yang memiliki peran vital dalam menjaga keutuhan bangsa, nama Gerakan Pemuda (GP) Ansor hampir selalu muncul. Banyak orang bertanya, "Apa itu ansor nu adalah?" Secara definitif, Ansor adalah badan otonom (Banom) di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di dunia yang berbasis ahlussunnah wal jama'ah.
Ansor didirikan pada tanggal 24 April 1934 di Surakarta. Tujuan utama pendiriannya pada masa pra-kemerdekaan adalah untuk membina dan membentuk kader-kader bangsa yang religius, nasionalis, dan memiliki kesadaran sosial tinggi. Sejak awal, Ansor tidak hanya fokus pada ranah keagamaan semata, melainkan juga memiliki komitmen kuat terhadap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Salah satu manifestasi paling terlihat dari keberadaan ansor nu adalah melalui unit keamanan dan kemanusiaannya, yang dikenal dengan Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Banser sering kali menjadi garda terdepan dalam pengamanan acara-acara keagamaan, sosial, dan juga nasional. Keberadaan mereka menunjukkan bahwa Ansor memosisikan diri sebagai benteng pertahanan sosial dan ideologi.
Dalam konteks ideologi, Ansor adalah pembela setia Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Mereka secara aktif menolak segala bentuk radikalisme, ekstremisme, dan paham yang mengancam persatuan bangsa. Kegiatan dakwah Ansor menekankan pada moderasi beragama (wasathiyyah), sejalan dengan prinsip yang dipegang teguh oleh NU. Mereka memastikan bahwa ajaran Islam yang dibawa selaras dengan nilai-nilai luhur kebangsaan.
Selain peran keamanan, Ansor juga memiliki sayap kepemudaan yang terstruktur, seperti Satuan Koordinator Rayon (SATKORCAB) hingga tingkat Ranting. Struktur ini memungkinkan mobilisasi anggota yang cepat dalam merespons isu-isu lokal, mulai dari penanganan bencana alam hingga program pemberdayaan ekonomi pemuda desa.
Meskipun sering diasosiasikan dengan seragam cokelat dan kegiatannya yang keras (Banser), hakikat inti dari ansor nu adalah pemberdayaan pemuda. Organisasi ini berusaha membentuk pemuda yang tidak hanya kuat secara fisik dan mental, tetapi juga cerdas secara intelektual dan santun secara moral. Ini terlihat dari berbagai program pelatihan kepemimpinan dan pengembangan kapasitas yang mereka adakan.
Seiring berjalannya waktu, Ansor terus berevolusi untuk menjawab tantangan zaman. Di era digital, Ansor kini semakin aktif di dunia maya. Mereka gencar melakukan literasi digital dan melawan hoaks (berita bohong) yang sering kali mencoba memecah belah umat dan bangsa. Mereka menyadari bahwa medan pertempuran ideologi saat ini banyak terjadi di platform media sosial.
Dengan jutaan anggota yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, GP Ansor merupakan aset bangsa yang sangat besar. Kontribusinya dalam menjaga stabilitas sosial, merawat tradisi keislaman yang moderat, dan mendukung program pemerintah di bidang kebangsaan tidak bisa dipandang sebelah mata. Peran mereka adalah sinonim dari "Santri Siaga Jiwa dan Raga untuk Negeri".