Keutamaan dan Hukum Shalat Gerhana
Dalam ajaran Islam, fenomena alam seperti gerhana matahari (kusuf) dan gerhana bulan (khusuf) selalu dianggap sebagai pertanda kebesaran Allah SWT. Ketika peristiwa ini terjadi, umat Muslim dianjurkan untuk tidak sekadar menyaksikan, melainkan melaksanakan ibadah khusus, yaitu Shalat Gerhana. Shalat ini adalah wujud ketaatan, rasa takut, dan harapan kepada Sang Pencipta alam semesta.
Hukum shalat gerhana menurut mayoritas ulama (termasuk mazhab Syafi'i, Hanafi, dan Hambali) adalah sunnah muakkadah (sunnah yang sangat dianjurkan), terutama jika gerhana terjadi secara total dan disaksikan oleh banyak orang. Rasulullah SAW sendiri pernah melaksanakan shalat ini bersama para sahabatnya dan mengingatkan bahwa gerhana bukanlah disebabkan oleh kematian seseorang atau pertanda nasib buruk, melainkan sebagai peringatan bagi hamba-hamba-Nya.
Anjuran Pelaksanaan Shalat Kusuf dan Khusuf
Meskipun nama shalatnya sering disingkat, terdapat sedikit perbedaan dalam tata cara antara shalat gerhana matahari dan gerhana bulan, meskipun secara prinsip dasarnya sama.
Tata Cara Shalat Gerhana
Shalat gerhana dilakukan dua rakaat, namun dengan jumlah ruku' dan sujud yang lebih banyak daripada shalat biasa. Waktu pelaksanaannya adalah selama fenomena gerhana berlangsung, dimulai sejak awal penutupan hingga selesai penampakan penuh.
1. Niat
Niat dilakukan di dalam hati, sesuai dengan jenis gerhana yang terjadi:
- Gerhana Matahari (Kusuf): Usholli sunnata khusufi rak'ataini lillahi ta'ala.
- Gerhana Bulan (Khusuf): Usholli sunnata khusufi rak'ataini lillahi ta'ala.
2. Pelaksanaan Rakaat Pertama
- Takbiratul Ihram, diikuti doa iftitah.
- Membaca surat Al-Fatihah, dilanjutkan dengan membaca surat yang panjang (disunnahkan membaca surat yang panjang sekali, lebih panjang dari surat biasa).
- Ruku' dengan membaca tasbih yang lebih lama.
- Bangkit dari ruku' (I'tidal), lalu dilanjutkan dengan sujud. Pada rakaat ini, setelah sujud pertama, dianjurkan untuk bangkit lagi untuk melakukan satu kali bacaan surat lagi (tanpa ruku' kedua), lalu sujud kedua. (Catatan: Beberapa mazhab menganjurkan 2 ruku' per rakaat).
3. Pelaksanaan Rakaat Kedua
- Bangkit untuk rakaat kedua, membaca Al-Fatihah dan surat kedua yang lebih pendek dari surat pertama di rakaat pertama.
- Ruku' kedua (dengan tasbih lebih lama).
- I'tidal.
- Sujud kedua.
- Duduk di antara dua sujud, lalu sujud kedua.
- Duduk tasyahud akhir dan salam.
Dzikir dan Khutbah Setelah Shalat
Setelah selesai melaksanakan Shalat Gerhana, anjuran Rasulullah SAW berlanjut dengan kegiatan lain yang lebih ditekankan, yaitu berdzikir, beristighfar, dan bersedekah.
Berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim, ketika terjadi gerhana, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang atau karena kelahiran seseorang. Maka apabila kalian melihat hal itu, perbanyaklah berdoa kepada Allah, bertakbir, bersedekah, dan shalatlah."
Oleh karena itu, melaksanakan shalat hanyalah salah satu bentuk ibadah. Peningkatan fokus pada permohonan ampunan (istighfar) dan doa memohon perlindungan adalah inti dari anjuran ini. Khutbah singkat setelah shalat juga dianjurkan, mengingatkan jamaah tentang ketetapan Allah dan urgensi taubat.
Perbedaan Fokus: Matahari vs Bulan
Meskipun shalatnya memiliki nama yang berbeda, beberapa ulama mazhab Syafi'i membedakan penekanan pada intensitas ibadah:
- Gerhana Matahari (Kusuf): Karena cahayanya yang hilang lebih drastis, shalat dan doa cenderung dilakukan dengan lebih khusyuk dan surat yang dibaca lebih panjang.
- Gerhana Bulan (Khusuf): Walaupun tetap disunnahkan, intensitasnya dianggap sedikit di bawah gerhana matahari, namun anjuran untuk berdzikir dan bersedekah tetap sama kuatnya.
Pada intinya, anjuran shalat gerhana ini berfungsi sebagai pengingat periodik bahwa kekuatan sejati berada di tangan Allah SWT. Fenomena yang tampak luar biasa ini seharusnya memotivasi setiap Muslim untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah dan introspeksi diri. Jangan sia-siakan momen langka ini hanya untuk mengagumi keindahan alam, tetapi gunakanlah sebagai kesempatan untuk mencari keridhaan Ilahi.