Ilustrasi visual perbedaan fisik anis merah jantan dan betina dewasa.
Anis merah (Zoothera citrina), atau yang sering disebut juga Anis Cendana, adalah salah satu burung kicau favorit di Indonesia. Daya tarik utamanya terletak pada suara merdu dan penampilan fisik yang elegan. Untuk penggemar serius, membedakan antara anis merah jantan dan betina dewasa merupakan kunci penting, terutama dalam konteks penangkaran atau pemeliharaan untuk lomba.
Meskipun keduanya memiliki pola warna dasar yang serupa—tubuh bagian atas berwarna cokelat zaitun hingga cokelat kemerahan, dan bagian bawah (perut hingga dada) berwarna jingga cerah atau merah—terdapat perbedaan halus yang menandakan jenis kelamin pada burung yang sudah mencapai usia dewasa.
Anis merah jantan dewasa biasanya menunjukkan karakteristik visual yang lebih mencolok dan tegas dibandingkan betina. Perbedaan paling signifikan terletak pada intensitas warna. Pada jantan, warna merah atau jingga pada bagian dada dan perut cenderung lebih pekat, terang, dan luas cakupannya.
Selain warna, postur tubuh jantan seringkali terlihat lebih tegap dan proporsional saat berkicau. Bentuk paruh pada jantan dewasa seringkali terlihat sedikit lebih besar atau lebih tebal dibandingkan betina. Namun, ciri yang paling diandalkan oleh para kicaumania adalah perilaku. Jantan dewasa yang sehat akan menunjukkan dorongan kuat untuk berkicau dengan volume tinggi dan variasi lagu yang lebih kompleks, terutama saat musim kawin atau ketika merasa teritorial.
Kepala jantan juga sering tampak lebih rapi dan memiliki jambul yang lebih menonjol saat dalam kondisi prima. Saat mencari pasangan, jantan akan sering "memamerkan" warna dadanya sambil membuka paruh dan meregangkan tubuhnya, sebuah ritual yang jarang dilakukan oleh betina dewasa.
Anis merah betina dewasa, meskipun tetap cantik, memiliki warna yang cenderung lebih kalem. Warna merah atau jingga pada bagian perut dan dada seringkali terlihat sedikit lebih pudar, kurang merata, atau terbatas pada area yang lebih kecil dibandingkan jantan. Tumpang tindih warna antara area merah dan area putih/kekuningan di sekitar leher bisa menjadi indikasi betina.
Secara fisik, betina umumnya memiliki postur yang sedikit lebih kecil dan bulat dibandingkan jantan. Paruh betina cenderung lebih ramping. Dalam konteks suara, betina memang bisa berkicau, tetapi volumenya lebih rendah, lagunya lebih sederhana, dan frekuensi berkicaunya tidak seintensif jantan. Betina biasanya hanya mengeluarkan suara panggilan atau kicauan pendek, terutama saat merasa terancam atau sedang mengerami telur.
Membedakan jenis kelamin menjadi sangat krusial saat proses penangkaran. Ketika sepasang anis merah dewasa akan dijodohkan, pemahaman terhadap perbedaan ini membantu memastikan keberhasilan reproduksi. Anis merah jantan yang siap kawin akan menunjukkan kegelisahan, sering mengunjungi betina, dan sering membunyikan suara panggilannya yang khas.
Perhatikan juga perilaku saat makan dan minum; jantan seringkali lebih agresif dalam berebut makanan, meskipun ini bukan penentu tunggal. Dalam kondisi alam liar, betina akan lebih fokus pada mencari material sarang setelah kawin, sementara jantan fokus menjaga area teritorial.
Sebagai kesimpulan, pengamatan terhadap intensitas warna merah, postur tubuh, ukuran paruh, dan terutama pola berkicau adalah kunci utama untuk mengidentifikasi anis merah jantan dan betina dewasa. Meskipun seringkali dibutuhkan pengamatan mendalam dan terkadang bantuan ahli untuk kepastian 100%, kombinasi ciri-ciri di atas akan sangat membantu para pemelihara dalam memilih dan merawat burung kesayangannya.
Anis merah dewasa yang sehat, baik jantan maupun betina, memerlukan perawatan kandang yang bersih, pakan yang seimbang antara voer berkualitas tinggi dan serangga segar, serta lingkungan yang tenang agar kicauannya dapat berkembang optimal.